Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 24 Januari 2021

MAKALAH PERILAKU MAKAN TERNAK KAMBING

 

BAB I

 

PENDAHULUAN

 

Dalam budidaya ternak kambing yang dikelola secara intensif, pakan merupakan salah satu komponen input yang sangat menentukan keberhasilan usaha secara finansial. Salah satu keunikan ternak kambing seperti halnya ternak ruminansia lain adalah sistem cerna yang komplek (poligastrik), sehingga mampu mengubah bahan pakan berserat tinggi (rumput, jerami,dll.) sebagai sumber utama energi dan mengubah senyawa nitrogen yang bukan protein (NBP) seperti urea menjadi protein bernilai bilogis tinggi untuk kebutuhan produksinya. Kelebihan dalam kemampuan memanfaatkan bahan pakan berserat tinggi ini dimungkinkan oleh proises fermentasi secara anaerobik yang diperankan oleh mikroba yang berkembang didalam lambung. Namun, fermentasi anaerobik ini memiliki konsekuensi bahwa efisiensi pemanfaatan pakan lebih rendah dibandingkan proses cerna pada ternak monogastrik. Oleh karena itu, pemilihan bahan pakan pada ternak kambing diutamakan kepada bahan yang tidak bersaing dengan kebutuhan jenis ternak lain (monogastrik), seperti unggas dan babi maupun manusia. Dalam konteks ini, tanaman pakan ternak (hijauan pakan) dan hasil sisa tanaman maupun limbah pertanian dan industri agro menjadi pilihan utama dalam mengembangkan sistem pakan pada usaha ternak kambing (pakan dasar).

Pakan dasar atau pakan pokok memiliki arti bahwa secara kuantitatif bahan tersebut dialokasikan dan dikonsumsi oleh ternak dalam jumlah paling banyak dibandingkan bahan pakan lain. Namun demikian, untuk mendukung produktivitas yang tinggi menurut kapasitas genetiknya, maka suplai nutrisi dari pakan dasar sering tidak mencukupi, baik dalam jumlah asupannya maupun dalam keseimbangan antar berbagai zat gizinya. Oleh karena itu, koreksi terhadap defisiensi maupun ketidak seimbangan nutrien dalam pakan dasar tersebut perlu dilakukan.

 

Pemberian pakan konsentrat ataupun suplemen yang menggunakan bahan baku dengan kandungan nutrisi (protein, energi, mineral) yang tinggi sebaiknya digunakan untuk mengatasai kekurangan nutrisi pada pakan dasar. Oleh karena konsentrasi nutrisinya relatif tinggi, maka biaya penggunaan pakan konsentrat juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pakan dasar per unit pakan. Dengan demikian penggunaan pakan konsentrat haruslah seefisien mungkin. Efisiensi penggunaan pakan dapat diukur dari rasio antara jumlah pakan yang dikonsumsi ternak dengan output yang dihasilkan. Efisiensi penggunaan pakan yang tinggi dapat dicapai dengan pengelolaan pakan yang tepat, antara lain pengelolaan alokasi jumlah pakan optimal, formulasi konsentrat yang efisien, pemilihan bahan baku yang seimbang secara nutrisi dan layak secara ekonomis serta penentuan waktu dan frekuensi pemberian pakan yang strategis. Kontribusi penggunaan pakan secara efisien sangat besar terhadap efisiensi ekonomik usaha produksi secara keseluruhan.

 

BAB II

PERI LAKU MAKAN TERNAK KAMBING


Seleksi Pakan


Berdasarkan karakter morfofisiologis yang dikembangkan oleh Hoffman, maka dilihat dari perilaku makannya ternak kambing termasuk kedalam kelompok intermediate yaitu memiliki pola makan antara tipe grazer (perumput) seperti sapi, kerbau dan domba dan tipe concentrate selector (peramban murni) yang memilih pakan dengan konsentrasi nutrisi tinggi, seperti jerapah, dikdik dan . Selain itu, ternak kambing juga memiliki kapasitas untuk beradaptasi dengan baik kedalam kelompok perumput maupun kedalam kelompok peramban. Oleh sebab itu, ternak ini memiliki kemampuan adaptif yang tinggi pada berbagai kondisi agroekosistem dan karakteristik pakan yang sangat beragam. Ternak kambing juga cenderung selektif terhadap bagian/fraksi tanaman, sehingga mampu memilih bagian tanaman dengan kandungan zat gizi paling tinggi.

 

Perilaku makan seperti ini membuat kambing memiliki keuntungan komparatif dibandingkan jenis ruminansia lain dan secara budidaya memberi kemudahan dalam mengelola hijauan pakan. Dengan memanfaatkan perilaku

makan tersebut, maka jenis hijauan pakan yang dapat dimanfaatkan menjadi lebih beragam meliputi jenis rumput-rumputan, legum, pakisan maupun tanaman perdu atau pohon.

 

Adaptasi Pakan Berserat Tinggi

Tolkamp and Brouwer (1993) melalukan analisis statistik terhadap data literatur menyangkut kecernaan pakan dan menyimpulkan bahwa kecernaan pakan pada kambing nyata lebih tinggi dibandingkan dengan pada domba, walaupun perbedaan ini relatif kecil (0,8 unit). Perbedaan kecernaan semakin lebar terhadap pakan dengan kandungan protein yang rendah. Faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan yang lebih tinggi pada kambing antara lain adalah mastikasi, ruminasi dan waktu tahan pakan.

Studi pustaka yang dilakukan oleh Louca dkk. (1982) menginformasikan bahwa waktu yang digunakan untuk mastikasi dan ruminasi (mengunyah pakan) lebih lama pada kambing dibandingkan dengan domba dan sapi. Waktu mengunyah meningkat tajam sejalan dengan meningkatnya konsumsi pakan berserat (roughage). Disamping itu jumlah bolus yang diregurgitasi juga meningkat tajam.

 

Lamanya pakan didalam saluran pencernaan (waktu tahan pakan), terutama didalam lambung (reticulo-rumen) ditentukan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi dan besarnya kapasitas saluran pencernaan. Peningkatan konsumsi pakan mengakibatkan laju pelepasan pakan didalam saluran pencernaan meningkat, atau dengan kata lain waktu tahan menjadi berkurang. Hal ini mengakibatkan kecernaan pakan menurun. Pada kambing dilaporkan bahwa waktu tahan pakan lebih lama dibandingkan pada domba (Devendra, 1981; Louca et al., 1982). Perbedaan waktu tahan terdapat juga antara bangsa kambing. Pada bangsa kambing yang hidup di daerah daerah beriklim sedang (Louca et al. (1982).

Adaptasi Pakan Berprotein Rendah

Ternak ruminansia memiliki mekanisme konservasi N dengan menghambat N yang hilang akibat pembuangan N dari tubuh, serta memacu daur ulang (recycling) N kedalam reticulo-rumen. Daur ulang N kedalam lambung (reticulo-rumen) dapat terjadi melalui air liur yang bercampur dengan pakan yang dikonsumsi, namun yang utama sebenarnya adalah akibat difusi secara langsung dari darah melalui dinding rumen. Permeabilitas dinding rumen terhadap senyawa urea dan ammonia jauh lebih tinggi pada kambing dibandingkan domba. Daur ulang N yang lebih tinggi pada kambing dibandingkan dengan domba juga terjadi akibat tingkat sekresi saliva per kg bahan kering pakan dikonsumsi yang lebih tinggi pada kambing. Perbedaan tingkat daur ulang N juga terjadi antar bangsa kambing, dan lebih tinggi pada bangsa kambing dengan habitat kering. Namun, perbedaan ini tidak terdeteksi, apabila diberi pakan dengan kandungan protein tinggi .

Pada penggunaan pakan berprotein rendah, peristiwa daur ulang N berperan sangat penting dalam menyumbang ketersediaan N bagi kebutuhan mikrobia rumen untuk mencerna pakan secara fermentatif. Penggantian pakan (kandungan protein tinggi) dengan pakan (kandungan protein rendah) mengakibatkan peningkatan 400% transfer urea kedalam reticulo-rumen dari darah. Pada saat yang sama, transfer urea ke usus besar menurum tajam dari 8% menjadi 1% dari total transfer urea kedalam sistim saluramn pencernaan. Informasi ini mempertegas pentingnya daur ulang N dalam mengatasi bahan pakan berprotein rendah.

 

BAB III

SISTEM PEMBERIAN HIJAUAN PAKAN UNTUK

TERNAK KAMBING

Hijauan pakan ternak (HPT) yang paling umum digunakan dalam budidaya kambing adalah jenis rumput-rumputan dan leguminosa. HPT merupakan pakan dasar (pokok), karena merupakan komponen utama dari ransum ternak. Hijauan pakan ternak dapat merupakan jenis tanaman lokal (native), maupun yang diintroduksi (eksotik). Produktivitas jenis introduksi hampir selalu lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lokal, sehingga banyak dikembangkan sebagai sumber hijauan. Dari kelompok tanaman lokal jenis rumputan yang disukai kambing antara lain adalah rumput Axonopus compressus (rumput pahit), Cynodon dactylon (rumput kawat), Ottocloa nodusa, sedangkan kelompok introduksi jenis rumput-rumputan yang sangat cocok untuk ternak kambing antara lain adalah Brachiaria ruziziensis, Brachiaria humidicola, Paspalum guonearum, Paspalum ateratum dan Stenotaphrum secundatum.

Dari kelompok leguminosa jenis Stylosanthes guianensis yang termasuk kedalam legum merambat sangat disukai ternak kambing dan memiliki kualitas nutrisi yang baik, karena kandungan proteinnya tinggi dan

mudah dicerna. Tanaman pakan tersebut diatas dapat dikembangkan diareal kebun rumput dan digunakan dengan cara potong-angkut (cut and carry system), atau ditanam diareal pengembalaan (grazing system), atau kombinasi keduanya.

 

Dari jenis leguminosa pohon beberapa yang cocok untuk ternak kambing antara lain Gliricidia sepium (sengon), Leucaeca leucochepala (lamtoro), Calliandra callothyrsus (Kaliandra) dan Indigofera sp. Jenis legumoinosa pohon biasanya tidak digunakan sebagai pakan dasar, namun lebih sering sebagai pakan suplemen untuk memnuhi kebutuhan protein. Jenis leguminosa pohon sangat baik sebagai sumber pakan pada musim kering saat mana ketersediaan jenis rumput dapat menurun dengan tajam. Biasanya ternak kambing membutuhkan waktu adaptasi selama 1-2 minggu untuk dapat mengkonsumsi leguminosa pohon dalam jumlah normal, kecuali jenis lamtoro. Apabila produksi leguminosa pohon cukup besar, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pakan, maka hijauan ini dapat digunakan sebagai pakan dasar.

 

Gambar 1. Ternak kambing melakukan seleksi berdasarkan kualitas gizi dan palatabiltas fraksi tanaman


Metoda ”Potong–Angkut” Dalam Pemanfaatan Tanaman Pakan Ternak

Metoda ”potong-angkut’ sangat umum dilakukan didaerah padat penduduk dengan ketersediaan lahan pengembalaan yang terbatas ataupun pada pola usaha yang sangat intensif. Pada sistem ini ternak kambing

dipelihara didalam kandang sepanjang hidupnya, sehingga sepenuhnya tergantung kepada jenis dan jumlah hijauan yang diberikan. Pada sistem ini ternak kambing hanya dapat melakukan seleksi terhadap pakan secara terbatas tergantung kepada hijauan yang diberikan.

 

Efisiensi pemanfaatan hijauan pakan dengan pola ini akan sangat ditentukan oleh faktor kualitas dan jumlah hijauan yang dialokasikan. Kualitas hijauan pakan merupakan fungsi dari umur tanaman dan rasio daun/batang. Semakin tua umur tanaman, maka semakin rendah kualitas gizinya akibat kandungan protein yang menurun, kandungan serat meningkat dan kecernaan menurun. Semakin tinggi rasio daun/batang, maka kualitas gizi semakin tinggi, karena konsentrasi nutrisi dan kecernaan fraksi daun cenderung lebih tinggi dibandingkan fraksi batang. Kontaminasi atau tercampurnya jenis hijauan lain yang tidak disukai ternak dapat pula menurunkan potensi konsumsi gizi dari total hijauan yang diberikan. Oleh karena itu, seleksi atau pemilihan serta pemilahan berdasarkan umur tanaman dan rasio daun/batang sangat penting dilakukan secara ketat. Rasio daun/batang secaqra praktis dapat dilakukan dengan mudah saat melakukan pemotongan hijauan pakan dan hal ini akan memberikan dampak positif yang nyata bagi produktifitas kambing.


Pada prinsipnya, efisiensi penggunaan pakan akan meningkat sejalan dengan peningkatan konsumsi pakan. Dengan demikian, sasaran agar Gambar 1. Ternak kambing melakukan seleksi berdasarkan kualitas gizi dan palatabiltas fraksi tanaman konsumsi hijauan mencapai taraf yang maksimal perlu selalu dipertimbangkan dan diupayakan dalam pengelolaan pakan. Adanya faktor seleksi oleh ternak kambing pada sistem ’potong angkut’, misalnya komponen daun dan tanaman muda lebih disukai dibandingkan tanaman tua ataupun bagian batang, maka beberapa hal penting perlu diperhatikandalam menyiapkan  pakan   hijauan  dengan  cara  ’potong    angkut’.   Pada  Tabel  1 dipaparkan seberapa banyak dan bagaimana memilih hijauan pakan yang optimal untuk produksi kambing.


Tabel 1. Jumlah pemberian dan cara memilih hijauan pakan untuk ternak kambing secara potong-angkut

 

Jumlah           Kebutuhan Hijauan Pakan

 

1.    Hijauan segar diberikan sebanyak 10-20% dari bobot tubuh yaitu :

a.    Anak sapih diberikan sebanyak 2-3 kg/ekor/hari

b.    Dara/Pejantan Muda diberikan 4-5 kg/ekor/hari

c.     Induk/Pejantan diberikan 5-6 kg/ekor/hari

d.    Pakan hijauan umumnya lebih murah dibandingkan bahan pakan lain

e.    Maksimalkan pemberian dan konsumsi hijauan pakan

f.      Pastikan alokasi hijauan telah mencukupi (harus terdapat sisa pakan pada hari berikutnya ± ≥10% dari jumlah yang diberikan)

Cara Memilih Hijauan Pakan

1.    Pilih tanaman berumur  relatif muda  sekitar 35-42 hari

2.    Imbangan daun/batang setingg mungkin

3.    Utamakan bagian daun dibandingkan batang

4.    Gunakan lebih dari satu jenis; 2-3 jenis hijauan yang disukai ternak

5.    Tanaman legum sangat baik sebagai sumber protein yang murah

 

Jenis hijauan pakan    yang ideal untuk   cara potong-angkut umumnya memiliki sifat tumbuh tegak dan memiliki ukuran batang dan daun yang relatif besar atau lebar. Rumput raja atau rumput gajah termasuk kedalam kategori tersebuti. Untuk jenis tanaman pakan seperti ini, maka sebaiknya dilakukan upaya pengolahan sebelum diberikan kepada kambing agar pemanfaatnnya menjadi optimal.

Gambar 2.  Hijauan pakan yang  dipotong dipilih dari tanaman muda dengan rasio daun/batang  paling tinggi

Namun demikian, terdapat pula jenis hijauan pakan yang sesuai untuk potong angkut namun tidak membutuhkan proses pengolahan/pencacahan sebelum digunakan sebagai pakan kambing, seperti Paspalum guenoarum, Paspalum ateratum,.Brachiaria ruziziensis dan Brachiaria humidicol.

Pada Tabel 2 dibawah ini dipaparkan teknis pengolahan hijauan sebelum diberiukan kepada kambing dan seberapa sering hijauan diberikan untuk menghasilkan performasn kambing yang maksimal.

Tabel 2. Cara pengolahan dan frekuesi pemberian hijauan pakan kepada kambing

Cara Pengolahan Hijauan Potongan

 

  1. Jenis tanaman pakan yang berbatang besar (rumput gajah, rumput raja, Panicum sp,) sebaiknya dicacah menjadi potongan 10-20 cm
  2. Untuk tanaman pakan berbatang kecil (Brachiaria ruziziensis, Paspalum guenoarum, Paspalum ateratum dan Brachiaria humidicola) tidak perlu dicacah dan dapat langsung diberikan
  3.  Waktu pemotongan yang ideal ada pada sore hari

 

Frekuensi Pemberian Pakan Hijauan

 

  1. Efisiensi penggunaan pakan meningkat mengikuti taraf konsumsi (efisiensi meningkat bila konsumsi meningkat)
  2. Upayakan konsumsi pakan  maksimal
  3. Konsumsi pakan meningkat bila frekuensi pemberian pakan meningkat
  4. Frekuensi pemberian hijauan yang ideal adalah 3 x dalam sehari,
  5. Berikan sore hari dalam jumlah terbanyak, pagi hari dalam jumlah sedang dan siang hari dalam jumlah sedikit
  6. Namun, dapat diberikan 2x dalam sehari bila membebankan biaya untuk tenaga kerja.
  7. 7.    Hindari pemberian 1 x dalam sehari.


Sistem Pengembalaan Dalam Pemanfaatan Tanaman Pakan

 

Sistem pengembalaan merupakan alternatif dalam budidaya ternak kambing. Sistem ini dapat menjadi satu-satunya pilihan paling praktis dan ekonomis pada berbagai ekosistem tertentu. Di agroekosistem lahan kering dengan iklim kering sering terdapat padang savana yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman rumput maupun perdu yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan bagi produksi kambing secara pengembalaan. Selain rumput alam yang telah beradaptasi dengan kondisi setempat beberapa tanaman eksotik (introduksi) dapat dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas tampung lahan bagi produksi kambing. Beberapa jenis rumput yang dapat dikembangkan diagroekosistem ini antara lain adalah Brachiaria ruziziensis dan Brachiaria humidicola.

Pada sistem perkebunan, terutama kelapa sawit, ternak kambing dapat diintroduksikan sebagai salah satu komponen usaha dalam suatu sistem integrasi tanaman-ternak. Kapasitas tampung lahan antar tanaman kelapa sawit (gawangan) dapat ditingkatkan dengan mengembangkan tanaman pakan ternak yang memiliki toleransi yang baik terhadap naungan. Rumput Stenotaphrum secundatum merupakan salah satu jenis hijauan pakan yang toleran terhadap naungan dan mampu tumbuh dengan baik pada tingkat naungan antara 50-70%.

Sistem pengembalaan memberikan kebebasan bagi ternak untuk melakukan seleksi sendiri terhadap berbagai jenis tanaman pakan yang tersedia ataupun seleksi terhadap komponen tanaman yang dianggap lebih berkualitas. Ternak kambing memiliki sifat selektifitas yang tinggi dan mengutamakan bagian tanaman yang paling berkualitas sebagai pilihan utama

Selama penggembalaan ternak kambing melakukan berbagai aktifitas yang tidak selalu berkaitan langsung dengan mengkonsumsi hijauan, seperti berjalan, bermain dan berbaring sambil melakukan aktifitas ruminasi dan regurgitasi. Oleh karena itu, jumlah pakan yang dikonsumsi selama penggembalaan tergantung kepada waktu efektif yang digunakan untuk mengkonsumsi pakan.

 

Gambar 3.  Penggembalaan ternak kambing merupakan salah satu cara efisien memanfaatkan hijauan pakan

Lamanya waktu yang secara efektif digunakan untuk mengkonsumsi pakan tersebut sangat dipengaruhi oleh cuaca, keragaman tanaman, kepadatan tanaman dan kualitas nutrisi tanaman yang tersedia diareal penggembalaan. Agar konsumsi pakan mencukupi kebutuhan ternak disarankan lama pengembalaan paling tidak 4-6 jam dalam seharí, tergantung kepada ketersediaan hijauan di padang pengembalaan. Waktu pengembalaan yang paling efektif adalah pada saat intensitas sinar matahari mulai menurun yaitu antara pukul 14.00–18.00. Pengembalaan pada pagi dan siang hari harus mempertimbangkan adanya peluang yang lebih tinggi terinfeksi parasit saluran pencernaan dan waktu makan yang tidak efektif akibat intensitas sinar matahari yang tinggi. Infestasi cacaing parasit pada sistem pengembalaan dapat dikendalikan dengan pemberian obat cacing secara reguler (setiap 2-3 bulan). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam mengelola hijauan pakan dengan pola pengembalaan disajikan pada Tabel 2. Dalam menentukan dan mengelola lokasi pengembalaan perlu diperhatikan prinsip “rotasi” yang bertujuan untuk mengoptimalkan ketersediaan hijauan baik dari segi umur maupun produksi hijauan. Selain itu rotasi dapat memutus rantai proses infeksi cacaing parasit.

 

Tabel 3. Beberapa aspek penting dalam pemanfaatan tanaman pakan ternak untuk ternak kambing secara penggembalaan

Lama Pengembalaan

 

  1. Lama pengembalaan menentukan seberapa banyak hijauan dapat dikonsumsi.
  2. Pengembalaan minimal 6 jam sehari untuk menjamin kecukupan pakan
  3.  Pengembalaan selama 4 jam dapat diterima selama hijauan tersedia cukup banyak
  4. Jumlah hijauan tersedia dilapangan menentukan berapa lama waktu penggembalaan dibutuhkan.

Waktu Pengembalaan

 

  1. Intensitas sinar matahari yang tinggi mengurangi aktifitas merumput.
  2. Gembalakan ternak pada saat intensitas sinar matahai rendah: 09:00 s/d 11:00 dan 14:00 s/d 18:00
  3. Pada pagi hari larva parasit mengkontaminasi tanaman pakan bagian atas; Hindari pengembalaan terlalu pagi.
  4. Proses respirasi tanaman pada malam hari menyebabkan konsentrasi karbohidrat (mudah dicerna) menjadi berkurang; Alokasikan waktu pengembalaan pada sore hari selama mungkin

 

Sistem Penggembalaan

 

  1. Hijauan yang tersedia untuk penggembalaan harus berumur muda untuk menjamin kualitas tinggi.
  2.  Lakukan rotasi penggembalaan, sehingga umur tanaman saat digunakan berkisar antara 35-40 hari.
  3. Rotasi akan menekan populasi cacing parasit diareal penggembalaan
  4. Jumlah ternak per satuan luas areal penggembalaan perlu diatur sesuai dengan ketersediaan hijauan
  5. Gunakan stocking rate (jumlah kambing/satuan luasan) yang tepat untuk mengoptimalkan penggunaan pasture
  6. Hindari over stocking (pengembalaan terlalu berat) untuk mencegah gangguan pertumbuhan tanaman atau understocking ( pengembalaan terlalu ringan) untuk mencegah inefisiensi penggunaan lahan



Kombinasi antara Potong–Angkut dengan Pengembalaan dalam Memanfaatkan Tanaman Pakan

 

Kombinasi antara sistem potong-angkut dengan pengembalaan merupakan salah satu pendekatan yang sangat baik dalam pengelolaan tanaman pakan untuk mengoptimalkan produksi kambing. Dalam sistem ini alokasi waktu pengembalaan berkisar antara 3-4 jam sehari. Hijauan tambahan (potong-angkut) diberikan didalam kandang sebanyak 3,0-7,0 kg/ekor/hari, tergantung bobot badan atau sekitar 10-15% bobot badan. Waktu pemberian hijauan didalam kandang tergantung kepada waktu pengembalaan. Apabila pengembalaan dilakukan pada sore hari, hijauan potong-angkut diberikan sebagian besar pada pagi hari dan sisanya pada sore hari setelah ternak kembali dari areal pengembalaan. Bila pengembalaan dilakukan pada pagi hari, maka hijauan potong angkut seluruhnya diberikan pada sore hari setelah ternak kembali dari areal pengembalaan. Pengembalaan memberikan kesempatan bagi ternak untuk memilih hijauan muda dengan kualitas nutrisi tinggi dan kesempatan untuk bergerak (exercise) yang penting bagi kesehatan ternak. Sistem ini juga memberi prioritas penggunaan rumput alam sebagai sumber utama hijuan dan rumput eksotik yang ditanam di areal pengembalaan sebagai hijauan tambahan dan penyangga, terutama selama musim kemarau saat produksi hijauan alam menurun tajam.


Pemanfaatan Tanaman Pakan Legum Pohon Sebagai Suplemen

Tanaman leguminosa pohon (helai dan tangkai daun) merupakan bahan pakan yang mengandung protein kasar yang tinggi (17-30 %) dan juga sumber energi yang baik untuk ternak kambing. Tanaman ini lebih sering diberikan sebagai pakan tambahan, walaupun dapat digunakan sebagai pakan dasar apabila ketersediannya mencukupi. Dari berbagai jenis leguminosa pohon, Leucaena leucocephala (Lamtoro), Gliricidia sepium (Gamal atau sengon) dan Calliandra calothyrsus (Kaliandra) merupkan jenis legum pohon yang relatif telah banyak digunakan pada ternak kambing. Jenis Indigofera sp merupakan legum pohon yang berkualitas nutrisi tinggi dan potensial dikembangkan ungtuk ternak kambing karena palatabilitasnya (tingkat kesenangan) cukup baik.

 

Gambar 4.  Kaliandra (Calliandra calothyrsus) adalah  jenis tanaman leguminosa pohon  yang berkualitas nutrisi tinggi


Tanaman legum pohon merupakan sumber pakan yang murah bila dikaitkan dengan kandungan protein, vitamin dan energi yang relatif tinggi. Oleh karena itu, jenis tanaman ini sangat dianjurkan menjadi salah satu pilihan sumber pakan bagi produksi ternak kambing. Tanaman ini juga dapat difungsikan dalam konservasi lahan, dan dapat menjadi sumber pakan yang penting selama musim kering yang berkepanjangan atau sumber pakan yang sangat potensial untuk pengembangan ternak di agro-ekosistem lahan kering beriklim kering. Teknis pemanfaatan legum pohon sebagai bahan pakan secara efisien disajikan pada Tabel 3.

 

Gambar 5.  Sengon/Gamal (Gliricidia sepium) adalah jenis tanaman leguminosa pohon berkualitas nutrisi tinggi

 

Tabel  4.  Beberapa  aspek  teknis    pemanfaatan tanaman  pakan ternak leguminosa pohon  untuk ternak kambing

Bagian Tanaman Legum Pohon Yang Dapat Digunakan sebagai Pakan

 

  1. Ternak kambing lebih menyukai bagian helai  dibanding tangkai daun
  2. Kualitas nutrisi helai daun lebih tinggi dibandingkan batang
  3. Helai daun dapat diberikan secara terpisah atau bersamaan dengan tangkai daun
  4. Jangan gembalakan kambing pada areal tanaman legum muda untuk menjamin perkembangan tanaman, karena bagian kulit batang tanaman legum muda rentan terhadap ternak

 

Berapa Banyak Legum Pohon Diberikan?

 

1.      Pedoman umum adalah berikan 0,5 - 1,0 kg per ekor per hari atau:

 

Ternak dewasa

: 1 bagian legum dan 3 bagian rumput (25% legum)

Induk

: 2 bagian legum dan 3 bagian  rumput (40% legum)

Induk bunting

: 3 bagian legum dan 3 bagian rumput (50% legum)

Induk laktasi

: 3 bagian legum dan 3 bagian rumput (50% legum)

 

 

 

Bagaimana Cara Pemberian Legum Pohon?

 

  1. Ternak kambing biasa meramban, sehingga menyukai posisi makan secara tegak.
  2. Potong tangkai daun sepanjang 0,5 – 1,0 m, satukan  dalam ikatan, lalu digantung didalam kandang dengan posisi bagian daun disebelah bawah


Bagaiman Meningkatkan Konsumsi (Palatabilitas) Legum?

 

  1. Layukan selama 6-24 jam sebelum diberikan
  2. Bisakan terlebih dahulu dengan daun dan tangkai daun yang lebih tua
  3. Berikan tanpa pakan lain
  4. Campur ternak yang telah terbiasa dengan yang belum terbiasa dalam satu kandang
  5. Campur dengan molases atau garam sampai terbiasa.
  6. Berikan kepada ternak dalam kelompok

Gambar 6.  Turi (Sesbania glandifora) adalah tanaman leguminosa pohon yang berkualitas nutrisi tinggi

Gambar 7.  Indigofera (Indigofera sp) adalah jenis tanaman leguminosa pohon yang berkualitas nutrisi tinggi


Umumnya, tanaman legum dimanfaatkan sebagai pakan suplemen atau tambahan untuk meningkatkan konsumsi protein pada ternak. Leguminosa pohon mudah tumbuh, bahkan pada tanah yang kurang subur, sehingga mudah dimanfaatkan sebagai sumber protein yang murah serta relatif tersedia sepanjang tahun, terutama pada musim kemarau.

 

 

BAB IV

PENGGUNAAN BAHAN PAKAN ALTERNATIF SEBAGAI

PAKAN DASAR

 

Bahan inkonvensional, seperti limbah atau hasil sisa tanaman dapat juga digunakan sebagai pakan dasar selama bahan tersebut dapat diperoleh dengan biaya yang kompetitif. Beberapa produk limbah pengolahan pertanian dan hasil sisa atau hasil samping tanaman yang dapat digunakan adalah pelepah kelapa sawit, kulit buah kakao, kulit buah markisa dan kulit nenas. Bahan tersebut umumnya memiliki kandungan serat yang tergolong tinggi, sehingga merupakan sumber energi yang dapat digunakan sebagai pakan dasar. Kandungan protein bahan–bahan tersebut umumnya rendah. Beberapa bahan inkonvensional ini, seperti kulit buah nenas, kulit buah markisa, kulit buah kopi termasuk bahan limbah basah (wet by-products), sehingga memerlukan proses pengeringan untuk mencegah kerusakan sebelum diguinakan sebagai pakan. Proses pengeringan dapat dilakukan menggunakan sinar matahari atau dengan mencampur dengan bahan pakan lain yang berkadar air rendah. Metoda pengeringan ini dapat penurunkan biaya. Taraf penggunaan beberapa bahan pakan inkonvensional sebagai pakan dasar disajikan pada Tabel 4.


Tabel 5. Taraf penggunaan hasil sisa/limbah indutri pengolahan pertanian sebagai pakan dasar pada kambing

 

 

 

Bahan Pakan

Taraf Penggunaan (%)

 

 

 

 

Maksimal

Optimal

 

 

 

 

 

Kulit kopi

30

15

 

Kulit kakao

40

20

 

Kulit markisa

45

30

 

Kulit Nenas

40

30

 

 

 

Penggunaan Pakan Konsentrat Pada Kambing

 

Pakan konsentrat adalah bahan pakan atau ramuan dari beberapa bahan pakan yang mengandung zat gizi (protein, vitamin, mineral) dan energi dalam konsentrasi tinggi dan seimbang per satuan berat atau volume.

 

Pemberian  pakan  konsentrat   pada   kambing          sangat   membantu   dalam

 

Pemberian pakan konsentrat pada kambing sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini dikarenakan penggunaan pakan dasar saja sering tidak mampu mencapai tingkat produktifitas yang tinggi akibat tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai kemampaun genetik ternak. Oleh karena konsentrasi nutrisinya tinggi maka harga per satuan berat juga relatif  tinggi,sehinggajumlah  pemberiannya juga  perlu dibatasi untuk mencapai    optima biologis maupun optima ekonomik. Pada kambing pemberian konsentrat biasanya berkisar antara  200-300 g per ekor per hari

atau sebanyak 0,5-1,5% dari bobot tubuh. Jumlah ini sebenarnya tergantung kepada: 1) kualitas serta ketersediaan pakan dasar (hijauan), 2) tingkat produktivitas ternak yang diinginkan, dan 3) harga pakan konsentrat. Jika kualitas nutrisi pakan dasar (hijauan) baik, dan tersedia dalam jumlah cukup, maka penggunaan pakan konsentrat dapat disesuaikan menurut kebutuhan.

 

Gambar 8. Berbagai bahan pakan seperti dedak, bungkil kelapa, garam, tepung ikan, bungkil kacang kedele dapat digunakan untuk membuat konsentrat.

Kandungan protein kasar dalam pakan konsentrat untuk ternak kambing dapat dirancang pada kisaran 16-18%, sedangkan kandungan energi dicerna antara 2700-2800 kkal/kg bahan kering pakan. Untuk menyusun formula pakan konsentrat dengan spesifikasi protein dan energi tersebut diatas beberapa bahan pakan sumber protein dan energi harus digunakan secara bersamaan. Bahan utama sumber protein yang mudah diperoleh adalah bungkil kacang kedele dan tepung ikan. Namun, karena harga kedua bahan sumber protein ini tergolong tinggi, maka jarang digunakan untuk ternak kambing ataupun kalau digunakan hanya dalam jumlah yang relatif kecil (1-2%). Bahan sumber protein yang cukup bagus dengan harga relatif lebih murah adalah bungkil kelapa dan bungkil inti sawit. Kedua bahan ini juga merupakan sumber enersi dan mineral yang baik untuk ternak kambing. Bahan baku lain sebagai sumber energi yang tersedia secara lokal adalah dedak halus/dedak kasar, tepung gaplek dan tepung jagung.

Pakan suplemen/konsentrat yang ideal adalah pakan tambahan yang berasosiasi secara positif dengan pakan dasar; artinya bahwa pemberian suplemen mengakibatkan peningkatan konsumsi pakan dasar. Secara ekonomis hubungan asosiasi positif ini penting, karena pakan dasar selalu lebih murah dibandingkan dengan pakan konsentrat per satuan berat. Namun, tidak jarang terjadi bahwa pakan suplemen berasosiasi secara negatif dengan pakan dasar yaitu pemberian suplemen menurunkan konsumsi pakan dasar. Oleh karena pakan dasar umumnya lebih murah dibandingkan dengan suplemen, maka faktor biaya menjadi penting dalam meramu suatu formula suplemen, dan hubungan asosaitif-negatif antara suplemen dengan pakan dasar akan mengurangi tingkat efisiensi ekonmis pakan. Oleh karena itu,

pemilihan bahan baku dalam penyusunan suplemen menjadi penting. Pemberian pakan tambahan atau konsentrat dapat meningkatkan bobot tubuh kambing secara nyata yaitu berkisar anatara 70-110 g/h (tergantung rumpun, jenis kelamin dan umur kambing), dibandingkan dengan tanpa pakan tambahan yang hanya menghasilakn pertambahan bobot tubuh sekitar 35-40 g/h.

Strategi Penggunaan Konsentrat Secara Efisien

Walaupun pemberian konsentrat akan meningkatkan laju pertumbuhan kambing, namun dalam merancang sistem pakan dalam usaha produksi peningkatkan laju pertumbuhan harus mampu mengkompensasi peningkatan biaya pakan. Oleh karena itu, dalam perencanaan pakan perlu selalu mempertimbangkan keselarasan antara optima biologis dan optima ekonomis. Dalam kaitan ini arti efisiensi penggunaan pakan menjadi sangat penting.

 

Untuk memaksimalkan efisiensi penggunaan pakan konsentrat, maka dapat dikembangkan program pemberian konsentrat secara strategis yaitu sistem pengalokasian pakan konsentrat yang berprinsip kepada kebutuhan nutrisi kambing selama periode kristis (puncak produksi) saat mana kebutuhan nutrisi berada pada tingkat paling tinggi. Periode kritis ini adalah menjelang melahirkan, awal masa laktasi, dan awal pasca sapih. Strategi ini bertujuan untuk mengurangi jumlah pemberian konsentrat, dan dengan sendirinya biaya pakan, tanpa mengakibatkan penurunan tingkat produktivitas ternak kambing. Metoda pemberian pakan konsentrat secara strategis tersebut ditampilkan pada Tabel 5.

 

Dengan program ini jumlah suplemen yang diberikan untuk seekor induk bunting pada sistem strategis adalah sebanyak 7,5–15,0 kg, dan jauh berkurang (150-266%) dibandingkan dengan pemberian sepanjang masa kebuntingan yaitu sebanyak 37,5 kg. Hal yang sama akan terjadi pada pemberian suplemen untuk induk laktasi dan fase produktif lainnya.

 

Tabel 6. Pemberian pakan suplemen kepada ternak periode produktif

 

 

Kelompok ternak/

 

Saat Pemberian

 

 

Fase produksi

 

 

 

 

 

Periode

Lama

Jumlah

 

 

Pemberian

Pemberian

Pemberian

 

 

 

(hari)

(g/ekor/hari)

 

Induk Bunting

1-2 bulan

30-60

250

 

 

pra-partus

 

 

 

Induk Laktasi

2 bulan

60

350-400

 

 

pasca partus

 

 

 

Anak pra-sapih

1 bulan

30

150

 

 

pra-sapih

 

 

 

Anak sapih

3 bulan

90

200-250

 

 

pasca sapih

 

 

 

Pejantan

Dewasa

Sepanjang

300-350

 

 

 

waktu

 

 

 

 

 

 

 

Formula pakan konsentrat perlu dirancang berdasarkan berbagai bahan pakan yang tersedia secara lokal dengan biaya yang bersaing. Umumnya bahan yang mudah diperoleh karena tersedia secara komersial adalah produk limbah pengolahan industri seperti dedak, tepung ikan, bungkil kedele, bungkil kelapa, bungkil inti sawit.

 

Bahan ini umumnya berkualitas baik dan merupakan sumber energi atau protein dan mineral. Taraf penggunaan berbagai bahan pakan tersebut dalam formula konsentrat dapt dilihat pada Tabel 6.


Tabel 7. Beberapa bahan pakan dan taraf penggunaannya dalam formula pakan konsentrat untuk ternak kambing

 

 

Bahan pakan

Taraf penggunaan dalam ransum (%)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Maksimal

Optimal

 

 

 

 

 

Dedak halus

100

30

 

Bungkil kelapa

100

30

 

Bungkil kedele

100

10

 

Bungkil inti sawit

30

20

 

Pollard

100

30

 

Tepung ikan

10

2

 

Ampas tahu

100

20

 

Ampas ubi

20

15

 

Garam

3

1

 

 

Gambar 9. Pencampuran bahan untuk membuat konsentrat (suplemen) dapat dilakukan secara manual.


Pembuatan dan Penggunaan Garam dan Mineral Blok

 

Mineral merupakan unsur nutrisi yang penting bagi produksi ternak kambing, terutama untuk pertumbuhan anak, produksi susu dan kebuntingan. Kandungan dan komposisi mineral didalam rumput alam yang diberikan kepada ternak umumnya tidak mampu memenuhi kebutuhan, sehingga perlu diberikan tambahan dari sumber bahan lain. Teknologi mineral blok merupakan cara yang praktis mengatasi kekurangan mineral dari bagan pakan, dan secara biologis sangat bermanfaat bagi ternak. Proses pembuatan mineral blok disajikan pada Tabel 7. Bahan yang diperlukan untuk membuat garam-mineral blok adalah garam (70%), semen (10%) dan mineral komersial seperti ultra mineral (20%).

 Tabel 8. Materi dan prosedur pembuatan garam-mineral blok

 Bahan dan Metoda Pembuatan Garam-Mineral Blok seberat 5,0 kg

  1.  Campur merata 1,0 g mineral komersial (ultra mineral) dengan 3,5 kg garam dapur dan 0,5 kg semen serta air secukupnya
  2.  Masukan campuran bahan kedalam ember plastik yang sebelumnya telah di lapisi dengan lembaran plastik (untuk memudahkan mengeluarkan blok dari ember plastik)
  3. Ambil kawat sepanjang 40 cm yang dibengkokan kedua ujungnya, lalu masukan secara tegak lurus kedalam campuran bahan
  4. Keringkan campuran bahan ditempat terhindar dari  hujan
  5. Setelah kering angkat mineral blok dari ember plastik dan siap digantung didalam kandang

 

Pakan Blok Multi Nutrien (PBMN)

 

Pakan blok multi nutrien adalah jenis pakan konsentrat yang diproses menjadi blok sebelum diberikan kepada ternak. Pada prinsipnya semua bahan baku pakan dapat digunakan untuk membentuk pakan blok. Pembuatan pakan blok mengacu kepada kandungan zat nutrisi yang esensial seperti energi yang mudah cerna (molases, dedak halus, tepung gaplek), unsur nitrogen (NPN; urea), protein lolos cerna dalam rumen (tepung biji kapuk, tepung ikan, tepung darah, daun singkong) dan mineral esensial (S, Na dan P). Rekomendasi konsumsi pakan blok multi nutrien pada kambing adalah sebanyak 250 g/ekor/hari, walaupun angka ini dapat ditingkatkan tergantung kepada status produksi dan jenis kambing.

Pakan blok lebih difungsikan sebagai pakan suplemen untuk pakan basal yang berkualitas rendah, dan bukan diperuntukan sebagai pakan tunggal. Tujuan pakan blok antara lain adalah untuk memacu aktivitas mikroba didalam saluran cerna (rumen), sehingga mampu meningkatkan kecernaan pakan dasar terutama yang berkualitas rendah seperti umumnya produk hasil sisa tanaman. Oleh karena itu, penggunaan pakan blok akan menjadi efektif pada musim kemarau pada saat ketersediaan hijauan pakan terbatas dan ternak semakin tergantung kepada bahan pakan alternatif yang umumnya berkualitas rendah.

 

Molases dan dedak halus merupakan bahan baku pakan yang banyak digunakan sebagai komponen utama pakan blok (Tabel 8). Penggunaan bentonit dalam pakan blok selain dapat berfungsi sebagai pengikat (binder) untuk menghasilkan blok pakan dapat pula digunakan untuk menurunkan laju degradasi urea menjadi amonia. Hal ini akan meningkatkan efisiensi penggunaan N dan mengurangi resiko keracunan urea. Pemberian pakan blok sebaiknya dilakukan secara bertahap sebelum ternak terbiasa. Cara adaptasi yang baik terhadap pakan blok adalah pemberian selama 1 jam untuk memungkinkan ternak mengkonsumsi dalam jumlah terbatas (30 g) selama 3-4 hari. Selanjutnya pakan blok dapat diberikan selama 3 jam untuk memungkinkan konsumsi meningkat menjadi 60 g selama 4-6 hari berikutnya. Selanjutnya ternak dapat diberi akses secara tidak terbatas. Pakan blok juga dapat digunakan untuk sinkronisasi (selaras) degradasi protein dan energi pakan didalam saluran cerna (rumen), sehingga proses fermentasi (pencernaan) berlangsung secara optimal dan sintesis (produksi) protein mikroba dalam rumen yang merupakan sumber utama protein bagi kambing

dapat ditingkatkan. Penggunaan bahan garam (NaCl) dalam pakan ternyata tidak hanya berfungsi sebagai sumber unsur mineral dan meningkatkan konsumsi, tetapi juga berperan dalam menekan laju alir pakan didalam rumen. Kombinasi sinkronisasi degradasi protein dan energi dengan laju alir pakan yang lambat akan lebih semakin meningkatkan sintesis protein mikroba rumen.

 

Tabel 9. Beberapa formula pakan blok yang dapat disusun untuk kambing dengan atau tanpa molasses

 

 

Bahan pakan

 

 

Formula

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1

2

3

4

5

6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Molases

50,0

45,0

42,0

-

40,1

28,0

 

Dedak halus

20,0

23,0

25,0

-

9,2

25,0

 

Bungkil kelapa

-

-

-

-

 

15,0

 

Tepung gaplek

-

-

-

-

45,6

-

 

Tepung ikan

-

-

-

-

-

5,0

 

Urea

10,0

15

10,0

6,6

-

5,0

 

Semen

5,0

11,0

15,0

-

-

 

 

Garam

5,0

4,5

5,0

4,4

-

7,5

 

Tepung kerang

5,0

15,0

-

8,8

-

13,5

 

MgO

-

6,0

-

-

-

-

 

CaHPO4

-

3,0

-

-

-

-

 

Tepung tulang

5,0

-

-

-

-

-

 

Di-ammonium P

-

-

3

-

-

-

 

Sulfur

-

-

-

-

0,6

-

 

Premix mineral

-

-

-

1,2

0,6

1,0

 

 

 

 

 

 

 

 


 

Pemberian PBMN dengan komposisi seperti disajikan pada formula 3 meningkatkan secara nyata kualitas semen pada domba pejantan yang penting pengaruhnya dalam usaha pembibitan. Beberapa keuntungan penggunaan pakan blok adalah 1) teknik yang sederhana dan efisien dalam konservasi limbah basah sebagai bahan pakan ternak, 2) memudahkan

 

penanganan pakan, 3) menurunkan penggunaan bahan konsentrat konvensional, sehingga dapat menurunkan biaya pakan, 4) meningkatkan sinkronitas antar berbagai nutrien esential pada penggunaan bahan pakan berkualitas rendah dan 5) memungkinkan tingkat penggunaan yang lebih tinggi limbah yang kurang disukai ternak didalam pakan.


BAB V

PAKAN KOMPLIT

 

Pakan komplit atau Total Mixed Ration adalah ransum yang mengandung pakan dasar (hijauan atau sumber serat lain) dan pakan konsentrat dalam satu campuran. Campuran ini dapat dalam bentuk pelet, tepung atau remah. Pakan komplit memiliki kelebihan dibandingkan dengan cara pemberian pakan konvensional yang memisahkan pemberian pakan dasar dengan pakan konsentrat. Sifat selektif/memilih ternak kambing dapat diminimalkan atau dihindari dengan pakan komplit. Dengan teknologi pakan komplit pemanfaatan hasil sisa atau limbah tanaman yang umumnya memiliki palatabilitas rendah dapat dimaksimalkan. Pada Tabel 9 ditampilkan pakan komplit menggunakan berbagai jenis bahan dasar berupa limbah tanaman atau pertanian. Penggunaan kulit buah markisa, misalnya yang palatabilitasnya rendah dapat digunakan sebanyak 40% dalam pakan komplit dan memberikan respon yang baik pada ternak kambing.


 

Gambar 10. Pakan komplit dalam bentuk pelet yang mengandung berbagai jenis bahan sebagai pakan tambahan untuk meningkatkan gizi ternak

Industri pengolahan buah nenas untuk menghasilkan jus nenas menghasilkan produk limbah berupa campuran kulit dan serat perasan daging buah. Produk tersebut dapat digunakan sebagai pakan dasar dalam pakan komplit. Limbah atau hasil sisa ini difermentasi menjadi silase limbah nenas untuk meningkatkan taraf penggunaannya didalam pakan komplit dan memberikan respon yang lebih baik pada kambing. Kulit buah kakao, kulit buah kopi, pelepah kelapa sawit juga merupakan bahan pakan dasar alternatif dalam meyusun pakan komplit untuk ternak kambing.

 

Tabel 10. Respon kambing terhadap penggunaan beberapa limbah pertanian dan agri-industri sebagai pakan dasar dalam pakan komplit (total mixed ration)

 

 

Bahan Dasar  Pakan Komplit

Taraf pakai

Respon

Konversi

 

 

 

 

 

 

(%)

PBBH

pakan

 

 

 

(g)

(g/g)

 

 

 

 

 

 

Kulit buah markisa

15-40

81-105

7-8

 

Silase kulit buah markisa

20-30

53-63

10-11

 

Kulit buah nenas

20-30

65-70

8-10

 

Silase kulit buah nenas

30-40

65-80

7-9

 

Pelepah kelapa sawit

25-35

65-80

8-10

 

Kulit buah kakao

20-30

60-70

9-11

 

Kulit buah kopi

20-30

60-70

9-11

 

 

 

 

 

 

Proses fermentasi juga dapat dilakukan pada bahan pakan inkonvensional lainnya seperti jerami padi, pelepah kelapa sawit dan kulit nenas. Penggunaan kulit nenas sebagai pakan dasar dalam pakan komplit menghasilkan pertambahan bobot tubuh yang tinggi pada kambing . Meningkatnya konsumsi dengan teknologi pakan komplit juga diakibatkan pengaruhnya terhadap stabilisasi fermentasi mikroba rumen yang akan memacu konsumsi pakan.

Bentuk fisik pakan komplit dapat mempengaruhi respon ternak. Ternak kambing, misalnya dilaporkan lebih menyukai bentuk fisik pakan yang kasar (ukuran partikel besar) dibandingkan pakan dalam bentuk tepung dengan ukuran partikel yang kecil, karena ternak ini sangat sensitif terhadap iritasi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh partikel pakan yang halus.

Peningkatan konsumsi pakan dengan penggunaan pakan komplit dalam bentuk pelet perlu dipertimbangkan secara ekonomis karena pembuatan pakan pelet akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan komplit terlebih pakan pelet, maka penggunaannya dilakukan pada periode puncak produksi ternak, seperti akhir kebuntingan dan awal masa laktasi serta anak pasca sapih dan pejantan bibit. Penggunaan pakan komplit menggunakan kulit buah markisa sebagai sumber serat dalam bentuk pelet menghasilkan respon yang baik pada kambing. Respon kambing terhadap pakan komplit menggunaan limbah nenas dengan partikel besar sebagi sumber serat dalam ransum sangat baik tercermin dari PBBH dan efisiensi penggunaan pakan yang cukup tinggi.

Optimalisasi Rasio Roughage/Konsentrat Dalam Pakan Komplit

Walaupun konsumsi pakan inkonvensional dapat ditingkatkan secara nyata dengan pakan komplit, namun agar efisiensi pengunaan pakan menjadi maksimal diperlukan rasio yang seimbang antara pakan dasar sebagai sumber serat (roughage) dengan konsentrat. Tinjauan literatur menunjukan bahwa bahwa rasio roughage (R)/konsentrat (K) dalam pakan komplit yang diberikan kepada kambing sangat bervariasi yaitu antara 0,25 – 3,0. Keragaman ini kelihatannya dipengaruhi oleh kualitas roughage yang digunakan. Rasio R/K yang optimal dalam pakan komplit ditentukan oleh hubungan asosiatif antar berbagai jenis bahan pakan yang digunakan. Penggunaan bahan konsentrat dengan kandungan karbohidrat mudah cerna yang relatif tinggi, misalnya dapat menekan fermentabilitas unsur serat didalam roughage. Oleh karena itu, peningkatkan proporsi konsentrat dalam pakan komplit sebenarnya dapat menstimulasi konsumsi roughage (bahan sumber serat), sehingga meningkatkan total konsumsi. Hal ini disebabkan berkurangnya kontrol fisik pakan terhadap konsumsi. Disamping itu, semakin tinggi taraf kecernaan roughage, maka semakin kecil pengaruh proporsi konsentrat terhadap total konsumsi pakan.

 

Gambar 11. Pakan kompplit menggunakan pelepah kelapa sawit sebagai sumber serat (roughage)

Dalam prakteknya rasio R/K dapat disesuaikan dengan tingkat produktifitas ternak. Pada induk kambing laktasi, misalnya proporsi konsentrat dapat disesuaikan dengan jumlah anak yang dilahirkan atau masa laktasi. Alternatif lain adalah menggunakan dua rasio yaitu rasio R/K relatif rendah pada awal laktasi (4-6 minggu ) dan rasio R/K lebih tinggi pada akhir laktasi. Penggunaan dua rasio R/K selama masa laktasi untuk menghindari

underfeeding pada awal masa laktasi maupun over feeding pada akhir fase laktasi dapat diimplementasikan. Disamping itu, untuk menstabilkan kondisi rumen, bila menggunakan rasio R/K rendah, maka frekuensi pemberian pakan sebaiknya ditingkatkan.

 

Taraf protein kasar berbagai pakan komplit yang digunakan dalam berbagai penelitian berkisar antara 15-20%, sedangkan kandungan energi metabolisme berkisar antara 1800-2800 Kkal/kg BK. Kandungan protein dan energi pada pakan komplit untuk kambing potong lebih rendah dibandingkan pada kambing perah. Leguminosa pohon seperti Leucaena leucocephala dapat digunakan sebagai sumber utama serat atau dicampur dengan bahan lain dengan kualitas yang lebih rendah seperti tanaman jagung muda ataupun jerami. Kedua jenis bahan tersebut memiliki kualitas nutrisi yang tergolong baik, sehingga dengan rasio R/K yang tinggi masih mampu memenuhi kebutuhan kambing perah.

 

Pakan komplit dengan rasio R/K yang rendah (berbasis konsentrat) sesuai untuk kambing perah yang membutuhkan ransum dengan konsentrasi nutrisi tinggi selama laktasi. Respon kambing perah seperti PE sangat baik terhadap penggunaan daun Leucaena leucocephala sebagai pakan dasar dengan proporsi 97% (BK) atau 60% maupun sebagai suplemen (20%) dalam pakan komplit berbentuk pelet (panjang 20-25 mm dan diameter 8,0 mm). Konsumsi pakan dilaporkan sangat baik antara 3,3-4,0% dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi antara 154-180g/h. Nilai biologis N sebesar 32,9%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan Leucaena dalam bentuk segar sebesar 20,5%. Proses pengeringan dan pengolahan menjadi pelet kemungkinan menyebabkan meningkatnya nilai biologis N.

 

 

BAB VI

AIR MINUM

 

 

 

Kebutuhan Air Minum

 

Air merupakan unsur sangat penting dan tak tergantikan yang sangat dibutuhkan oleh ternak kambing untuk hidup dan berproduksi. Sebagian besar (70%) tubuh ternak merupakan unsur air. Oleh karena peran air sangat penting untuk kehidupan dan tidak tergantikan oleh unsur lain, maka kekurangan air dapat berakibat fatal. Misalnya, apabila ternak kehilangan air sebanyak 20% dari cairan tubuh akan menyebabkan kematian. Kekurangan air dalam volume yang lebih sedikit akan menggangu proses metabolisma nutrisi, sehingga menurunkan produktivitas, terutama pada induk yang sedang menyususi (laktasi). Pengelolaan air minum untuk ternak kambing disajikan pada Tabel 10.

 

Kebutuhan akan air semakin meningkat pada induk yang sedang menyesusi (laktasi). Dalam fase laktasi tersebut air diperlukan untuk memproduksi susu yang mengandung 80-90 % air. Kekurangan air akan menyebabkan turunnya produksi susu yang selanjutnya akan mengganggu pertumbuhan anak.

Tabel 11. Pengelolaan air minum untuk ternak kambing

 

Bagaimana Hubungan Kebutuhan Air Dengan Status Ternak?

 

  1. Ternak muda membutuhkan air lebih banyak dibandingkan dengan ternak dewasa. Sesuaikan jumlah pemberian air minum dengan status umur ternak
  2. Kebutuhan induk laktasi (menyusui) akan air meningkat tajam. Pastikan air minum tersedia setiap saat dalam jumlah cukup untuk induk yang sedang menyusui anak.

 

 

Berapa Banyak Kebutuhan Ternak Kambing akan Air?

 

  1. Kebutuhan asupan (konsumsi) air berkisar antara 1,5 – 2,5 liter/ekor/hari
  2. Kebutuhan air meningkat pada pemberian pakan yang kering, misalnya pakan komplit

 

Kapan Saat Pemberian Air Minum?

 

  1. Ternak akan mengkonsumsi air setiap saat beberapa kali dalam sehari. Pastikan air minum tersedia setiap waktu.
  2. Ternak tidak akan mengkonsumsi air minum yang telah tercemar kotoran (feses atau urin)
  3. Sediakan selalu air yang bersih, ganti air yang telah terkontaminasi feses atau urin (air seni)

Ternak kambing seperti halnya jenis ternak lain mendapatkan air untuk kebutuhan hidupnya dari bahan pakan yang dikonsumsi. Namun, umumnya jumlah air yang diperoleh dari pakan tidak mencukupi kebutuhan metabolismanya. Oleh karena itu, air minum harus disediakan agar dapat dikonsumsi setiap saat. Pemberian air minum semakin penting, apabila kepada ternak diberikan pakan komplit yang umumnya kering. Pentingnya penyediaan air minum juga perlu diperhatikan pada ternak kambing yang digembalakan. Oleh karena itu, air minum harus selalu tersedia didalam kandang setiao saat.

 

Metabolisma Air

 

Konsumsi air yang tinggi akan memacu laju pelepasan pakan didalam saluran pencernaan, disamping akan mengakibatkan pula semakin rendahnya konsentrasi mikrobia per unit volume cairan rumen. Kedua hal ini dapat memacu penurunan tingkat kecernaan pakan. Terdapat hubungan negatif antara konsumsi air dengan kecernaan pakan berserat tinggi, baik pada kambing dengan habitat kering (kambing Bedouin) maupun pada kambing dari daerah beriklim sedang (kambing Mamber).

 

Konsumsi air pada kambing lebih rendah dibandingkan dengan domba. Hal ini kemungkinan menjadi salah satu penyebab lebih tingginya tingkat koefisien cerna pakan pakan pada kambing. Peranan penting reticulo-rumen sebagai organ penampung air merupakan cara adaptasi oleh kambing didaerah beriklim kering.

Peran sebagai penampung air oleh reticulo-rumen akan memperlambat laju alur cairan rumen yang berakibat kepada 1) semakin banyak waktu tersedia bagi kontak antara mikrobia dengan digesta, dan 2) semakin lama waktu tahan partikel pakan didalam reticulo-rumen terutama partikel berukuran kecil yang biasanya melaju bersama cairan rumen. Kedua peristiwa tersebut akan memacu peningkatan kecernaan pakan.

 

Gambar 12. Selama masa menyusui (laktasi) induk membutuhkan air minum dalam jumlah yang besar untuk memproduksi susu

 

DAFTAR BACAAN

 

Moualem, R., I. Chosniak and A. Shkolnik. 1990. Environmental heat load, bioenergetics and water economy of two breeds of goats: The Mamber goat versus the desert Bedouin goat. Wld. Rev. Anim. Prod. 25:91-95.

Narjisse, H., M.A. El Honsali, J.D. Olsen. 1995. Effect of oak (Quercus ilex) tannins on digestion and nitrogen balance in sheep and goats. Small Rumin. Res. 18:201-206.

Shkolnik, A. 1992. Digestive efficiency: Significance of body size and of adaptation to a stressful environment. In : R.M. Acharya (Ed.) Pre-Conference Proceedings Invited Papers Vol. II, Part I. V International Conference on Goats. Indian Council of Agricultural Research, New Delhi, India. pp.255-260.

Riyawan.my.id