1.
Pengertian
Apendiksitis adalah suatu peradangan dari apendiks
vermiformis akut yang merupakan jenis yang umum dari abdomen akut dan umumnya dikarenakan
oleh adanya sumbatan pada lemen apendiks (Purnawan. J. 1999 ; 397)
2.
Data Subjektif
- Nyeri perut kanan
- Anoreksia
- Mual muntah
- Pada anak – anak perlu
dibedakan dengan simple akut gastritis edinitis kelenjar
mesentum dan
limfaginasi pada vaginasi terdapat demam dan terdapat daerah
vektal toucher.
- Pada laki – laki dewasa perlu
dibedakan dengan batu ginjal/ batu ureter kanan,
hidro nefritis, enteritis
regional akut, kuagulasi testis kanan, epididimis kanan.
- Pada wanita perlu dipikirkan
salpingitis fisitel ruptur kanan (biasanya terjadi
pada pertengahan menstruasi)
pyelitis pada wanita hamil, mioma uteri.
- Pada orang tua perlu dipikirkan
perforasi ulkus duodenum kalosistis dari ovari.
3.
Data Objektif
- Nyeri tekan daerah apendiks.
- Suhu meningkat
- Wajah pasien menyeringai
menahan nyeri
- Pernafasan tacypnea, pernafasan
dangkal.
- Distensi Abdomen
- Bising Usus kadang-kadang tak terdengar
4.
Diagnosa yang mungkin
timbul
- Diagnosa I
Nyeri berhubungan dengan
faktor pembedahan.
-
Diagnosa II
Resiko terjadi infeksi
berhubungan dengan faktor pembedahan
-
Diagnosa III
Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan,
hilangnya cairan tubuh secara
tidak normal seperti nel kateter dan lain – lain
5.
Intervensi
- Diagnosa I
1.
Pantau tensi, nadi dan pernafasan setiap 4 jam,
intensitas nyeri, tingkat kesadaran.
R/ Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
2.
Berikan obat analgesik
R/ Klien yang dapat menilai intensitas nyeri, sebab nyeri adalah
pengalaman yang
subjektif. Analgesik yang kuat diperlukan untuk nyeri lebih hebat.
3.Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman.
R/ Mengurangi penekanan dan mencegah otot – otot tegang, membantu
menurunkan
rasa tidak nyaman.
4.
Berikan istirahat sampai
nyeri hilang.
R/ Istirahat memerlukan pengeluaran energi, vasokonstriksi perifer
terjadi nyeri yang hebat.
5. Jika diresepkan analgesik IV, aturlah analgesik secara rutin selama 24 jam pertama,
5. Jika diresepkan analgesik IV, aturlah analgesik secara rutin selama 24 jam pertama,
tidak menunggu pasien memintanya.
R/ Mempertahankan kadar gula darah yang konsisten dari analgesik
merupakan
pengendali yang baik.
-
Diagnosa II
1 Pantau
: suhu badan tiap 4 jam, keadaan luka ketika melakukan perawatan luka. Hasil laporan JDL terutama jumlah leukosit (SDP).
R/ Mengidentifikasi
adanya kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
2. Jika suhu meningkat hingga 368
C selama 48 jam, mulailah memperhatikan paru – paru tiap jam dan menambah
intake cairan melalui mulut, jika tidak ada kontra indikasi, beritahu dokter
jika suhu diatas 368 C.
R/ Suhu
diatas normal dalam waktu 8 jam pertama mengidentifikasi atelektasis, oleh karenanya
setiap hari ke-5 pasca operasi meningkatkan infeksi luka atau infeksi lain.
3. Ganti verban sesuai aturan dengan
menggunakan teknik aseptik.
R/ Verban yang lembab merupakan media klultur
untuk pertumbuhan bakteri dengan mengikuti teknik aseptik akan mengurangi
resiko kontaminasi.
4. Berikan antiseptik yang ditentukan jika
terdapat demam.
R/ Antiseptik memperbaiki termotik dalam otak
untuk mengatasi semua.
-
Diagnosa III
1. Ukur dan catat pengeluaran dan
masukan (termasuk pengeluaran dan masukan, termasuk pengeluaran
gastrointestinal kaji ulang catatan intra koperasi).
R/ Dokumentasi
yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan / kebutuhan
penggantian dan pilihan – pilihan yang mempengaruhi intervensi.
2
Kaji pengeluaran uvinaris,
terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan..
R/ Mungkin
akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada sistem
genitovinarius dan atau struktur yang berdekatan.
3.
Pantau tanda – tanda vital
R/ Hipotensi,
tachicardi, peningkatan pernafasan, mengindikasikan, kekurangan cairan.
4. Kolaborasi dalam pemberian cairan
R/ gantikan
kehilangan cairan yang telah didokumentasikan, catat waktu penggantian volume
sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misal ketidak seimbangan
elektrolit, dehidrasi, pingsan, kardiovaskuler.
5. Pasang
kateter uvinarius dengan atau uvimeter sesuai kebutuhan.
R/ Memberikan mekanisme untuk memantau pengeluaran
vinarius secara akurat.
6. Berikan kembali pemasukan oval secara
berangsur – angsur sesuai petunjuk.
R/ Pemasukan oval tergantung kepada pengembalian
fungsi gastrointestinal.
Daftar Pustaka
Barbara Engram (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikel Bedah,
Volume 1.
Marylin Dongoes (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Purnawan Djunaedi, dkk (1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi
Ketiga Media
Auscalipus, FKUI, Jakarta. Riyawan.com
0 comments:
Posting Komentar