ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH
1. Konsep Dasar Medis
1.1Pengertian
Batu saluran kemih adalah batu dalam saluran kemih oleh
karena skunder :
1.1.2
Terhadap obstruksi yang
menyebabkan infeksi
1.1.3
Idiopatik (Soeparman, 1999 :
337)
1.2 Patofisiologi
Sebagian besar batu saluran kemih adalah idiopatik dapat
bersifat simtomatik atau asimtomatik, teori terbentuknya batu antara lain :
1.2.1
Teori inti matrik
Adanya
substansi organik sehingga monopolisakarida dan mukoprotein yang mempermudah
kristalisasi dan agregasi substansia pembentukan batu.
1.2.2
Teori supersaturasi
Terjadi
kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah pembentukan batu.
1.2.3
Teori presipitasi-kristalisasi
Terjadi
perubahan urine (basa urin) oleh karena produksi amonium, mempengaruhi
stabilitas substansi dalam urin.
-
Sifat asam : mengendapkan
sistin, santin, ureum dan asam urat
-
Sifat basa : mengendapkan
garam-garam pospat.
1.2.4
Teori berkurangnya penghambat
Seperti
peptida pospat, disokosfat, polipospat, sitrat, magnesium, asam
monopolisakarida akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.
1.3
Pernyebab
Faktor-faktor yang ikut berperan dalam pembentukan batu
saluran kemih dibagi dua golongan :
1.3.1
Faktor endogen
Misalnya faktor genetik pada hipersistin urine,
hiperkalsiuria, hiperoksaluria.
1.3.2
Faktor eksogen
1.3.2.1
Infeksi
Infeksi
saluran kemih dapat menyebabkan nekrose jaringan ginjal menjadi inti pembentuk
batu saluran kemih, infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk amonium
akan mengubah PH urine menjadi alkali dan mengendap garam-garam pospat sehingga
akan mempercepat pembentukan batu yang ada.
1.3.2.2
Obstruksi dan statis urine
mempermudah terjadinya batu.
1.3.2.3
Jenis kelamin.
Batu
saluran kemih menunjukkan lebih banyak ditemukan pada pria.
1.3.2.4
Ras
Lebih
banyak ditemukan di Afrika dan Asia sedangkan di Amerika dan Eropa jarang.
1.3.2.5
Keturunan
Anggota
keluarga penderita batu saluran kemih lebih banyak mempunyai kesempatan untuk
menderita batu saluran kemih.
1.3.2.6
Pekerjaan
Pekerjaan
kasar yang banyak bergerak misalnya : buruh dan petani akan mempengaruhi
kemungkinan kena batu saluran kemih bila dibanding dengan pekerjaan yang banyak
duduk lebih rentan terserang.
1.3.2.7
Makanan
Makanan
protein hewani angka morbiditas batu saluran kemih berkurang, sedangkan pada
golongan masyarakat dengan kondisi sosial ekonominya rendah lebih sering
terjadi.
1.3.2.8
Suhu
Suhu yang
panas misalnya daerah tropis di kamar mesin menyebabkan pengeluaran keringat
akan mempengaruhi produksi urine dan akan mempermudah pembentukan batu saluran
kemih.
Faktor
predisposisi terbesar :
1)
Infeksi E.Coli, Stapilococcus,
Streptococcus.
2)
Statis urine.
3)
Gangguan metabolisme kalsium
atau intake kalsium yang tinggi.
4)
Gangguan arbsorbsi oksalat.
1.4
Gejala klinis
1.4.1
Nyeri pinggang
1.4.2
Kencing darah
1.4.3
Rasa nyeri di pinggang
1.4.4
Kencing panas dan nyeri
Analisa
batu perlu dilakukan untuk mengetahui jenis dan komposisi batu, untuk
mempermudah pengobatan maupun pencegahan terjadinya rekurensi sesuai dengan
komposisi batu, jenis batu anatara lain :
1.4.4.1
Murni
1)
Asam urat
-
Keras
-
Kuning kecoklatan
-
Licin
-
Tidak nampak dalam rontgen.
2)
Kalsium oksalat.
-
Keras
-
Coklat tua
-
Bentuk seperti murbei
-
Mudah pecah
-
Nampak jelas pada rontgen
3)
Fosphat
-
Lunak
-
Agak putih
-
Licin
-
Tampak jelas pada rontgen
1.4.4.2
Campuran
1)
Kalsium oksalat dan asma urat
2)
Kalsium fosphat, fosphat dari
asam urat
3)
Kalsium oksalat dan fosphat
1.5
Pemeriksaan diagnostik
1.5.1
Urine Alba (UA) menunjukkan
hematuria mikroskopik atau gross sel darah putih, perubahan pada PH dan kristal
kalsium, asam urat atau sistin menunjukkan batu.
1.5.2
Kultur urine menandakan bakteri
bila infeksi terjadi.
1.5.3
BUN dan serum kreatinin
meningkat bila terjadi kerusakan ginjal.
1.5.4
Sel darah putih meningkat pada
infeksi.
1.5.5
Pongumpulan urine 24 jam untuk
klirens menurun bila kerusakan ginjal telah terjdi.
1.5.6
Sinar X ginjal, ureter dan
kandung kemih (GUK) dan pielogram intra vena (PIV) mendeteksi batu dan anaomali
yang dapat membuat pembentukan batu.
1.6
Komplikasi
Obstruksi saluran kemih memberikan beberapa akibat pada
ginjal baik struktur atau fungsional yang dipengaruhi oleh :
1.6.1
Sempurnanya obstruksi
1.6.2
Lamanaya obstruksi
1.6.3
Lokasi obstruksi
1.6.4
Ada tidaknya infeksi
Beberapa
faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi pada obstruksi antara lain :
1.6.4.1
Statis urine meningkatkan
pertumbuhan bakteri.
1.6.4.2
Meningkatnya tekanan intra
luminal menyebebkan perfusi mukosa saluran kemih berkurang sehingga menurunkan
daya tahan.
1.6.4.3
Kerusakan jaringan dapat
menimbulkan penurunan daya tahan.
1.7
Penatalaksanaan
Tujuan pengelolaan batu ssaluran kemih :
1.7.1
Menghilangkan obstruksi
1.7.2
Mengobati infeksi
1.7.3
Menghilangkan rasa nyeri
1.7.4
Mencegah terjadinya gagal ginjal
dan mengurangi terjadinya rekurensi.
Langkah-langkah
yang diambil :
1.7.4.1
Diagnosa yang tepat mengenai
adanya batu, lokasinya, besarnya batu.
1.7.4.2
Menentukan adanya akibat batu
saluran kemih :
1)
Rasa nyeri
2)
Infeksi
3)
Obstruksi disertai
perubahan-perubahan pada ginjal.
4)
Adanaya gangguan fungsi ginjal.
1.7.4.3
Menghilangkan obstruksi,
infeksi dan rasa nyeri.
1.7.4.4
Analisis batu
1.7.4.5
Mencari latar belakang batu
1.7.4.6
Mengusahakan pemecahan
terjadinya rekurensi.
2.
Konsep Asuhan
Keperawatan
2.1
Pengkajian
Biodata : lebih banyak ditemukan pada pria dari pada
wanita, lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia sedang di Amerika dan Eropa
jarang.
2.2
Keluhan utama
Nyeri
2.3
Riwayat penyakit sekarang
2.3.1
Perubahan pola berkemih atau
perubahan warna urine
2.3.2
Mual dan muntah kemungkinan
diare
2.3.3
Nyerti pekak dan konstan bila
batu pelvis ginjal
2.3.4
Nyeri kolik berat dan hilang
timbul yang berkurang bila batu lewat uretral
2.3.5
Nyeri pinggang, rasa kekang di
pinggang, kencing panas dan nyeri
2.4
Riwayat penyakit dahulu
2.4.1
Riwayat batu atau infeksi
saluran kemih sebelumnya
2.4.2
Perubahan metabolik diit
2.5
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga dengan pembentukan batu
2.6
Riwayat psiko sosial dan
spiritual
Psiko : cemas, ansietas, ketakutan, gelisah
Sosial : sehubungan dengan tindakan infasive
2.7
Aktivity Daily Live
2.7.1
Pola nutrisi : mual dan muntah
2.7.2
Pola aktivitas : pekerjaan
monoton pada suhu yang tinggi
2.7.3
Pola istirahat (tidur) : sulit
tidur jika rejadi serangan nyeri
2.7.4
Pola eliminasi : kencing
sedikit atau berhenti tiba-tiba
2.8
Pemeriksaan
2.8.1
Pemeriksaan umum
TD : meningkata atau normal
RR : meningkat atau normal
S : demam atau
menggigil
N
: meningkat
2.8.2
Pemeriksaan fisik
Difokuskan
pada pinggang : nyeri, kemang di pinggang.
2.9
Diagnosa keperawatan
2.9.1
Nyeri (akut) berhubungan dengan
:
-
Peningkatan frekwensi atau
dorongan kosntriksi uretral.
-
Trauma jaringan, pembentukan
edema, iskemia seluler.
Ditandai dengan :
-
keluhan nyeri kolik
-
perilaku melindungi/distraksi,
gelisah, merintih, fokus pada diri sendiri, nyeri wajah, teganga otot.
Kriteria hasil :
-
Nyeri hilang dengan spasme
terkontrol
-
Tampak rileks, mampu tidur atau
istirahat dengan tenang.
Intervensi :
1. Catat lokasi lamanya intensitas (skala 0-10) dan
penyebaran. Perhatikan tanda non verbal, contoh perubahan TD, Nadi, gelisah,
merintih, menggelepar.
R: membantu
mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri panggul
sering menyebar ke punggung, lipat paha, genetalia sampai dengan proksimitas
syaraf pleksus dan pembuluh darah yang menyerupai area lain, nyeri tiba-tiba
dan hebat dapat mencetuskan ketakutan, gelisah, ansietas berat.
2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke
staf terhadap perubahan terjadinya kejadian/karakteristik nyeri.
R : memberi kesempatan
untuk pemberian analgesik sesuai waktu (membantu dan meningkatkan kemampuan
koping pasien dan dapat menurunkan ansietas) dan waspadai staf akan kemungkinan
lewatnya batu atau terjadi komplikasi, penghentian tiba-tiba nyeri biasnya
menunjukkan lewatnya batu.
3. Berikan tindakan nyaman, contoh : pijatan punggung,
lingkungan istrirahat.
R : meningkatkan
relaksasi, menurunkan tegangan otot dan meningkatkan koping.
4. Bantu atau dorong
penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapiotik.
R : mengarahkan kembali
perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
5. Berikan kompres
hangata pada punggung.
R : menghilangkan
tegangan otot dapat menurunkan reflek spasme.
2.9.2
Perubahan eliminasi urine
berhubungan dengan :
-
Stimulasi kandung kemih oleh
batu, iritasi ginjal atau uretra.
-
Obstruksi mekanik, inflamasi
Ditandai
dengan : urgensi dan frekwensi, oligouria (retensi), hematuria.
Kriteria
Hasil :
1.
Berkemih dalam jumlah normal
dan pola biasa
2.
Tak mengalami tanda obstruksi
Intervensi :
1. Awasi pemasukan, pengeluaran dan karakteristik
urine
R : memberi informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan. Perdarahan dapat mengidentifikasikan
peningkatan obstruksi atau iritasi ureter.
Catatan : perdarahan berhubungan ulserasi ureter
jarang
2. Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan
fariasi
R : kalkulus dapat menyebabkan eksibilitas syaraf,
yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekwensi
meningkat bila kalkulus mendekati pertemuan urettrovesikal.
3. Dorong peningkatan pemasukan
R : peningkatan hiodrasi membilas bakteri, darah,
debritis, dan dapat membantu lewatnya batu.
4. Periksa semua urine, catat adanya keluhan batu
dan kirim ke Lab untuk analisa.
R : penemuan batu memungkinkan identivikasi type batu
dan mempengaruhi pilihan terapy.
5. Selidiki kandung kemih penuh, palpasi untuk
distensi supra pubik. Perhatiakan penurunan keluaran urine, adanya odema peri
orbital atau tergantung.
R : retensi urine menyebabkan distensi jaringan
kantyong kemih atau ginjal dan potensial resiko infeksi, gagal ginjal.
2.9.3
Resiko tinggi kekurangan volume
cairan berhubungan dengan mual atau muntah (iritasi syaraf dan pelvik umum dari
ginjal atau kolik uretral), deuresis paska obstruksi.
Kriteria
hasil : mempertahankan keseimbangan cairan adekwat dibuktikan oleh tanda vital
stabil dan BB dalam rentan normal, nadi perifer normal, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik.
Intervensi :
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran
R : membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi,
membantu dalam evaluasi adanya drajat statis atau kerusakan ginjal.
2. Catat muntahm, diare, frekwensi
dan kejadian yang menyertai pencetusnya.
R : mual atau muntah dan diare berhubungan dengan kolik
ginjal karena syaraf ganglion selieka pada kedua ginjal dan lambaung.
Pencatatan membantu mengetahui penyebab nyeri atau menunjukkan kalkulus.
3. Awasi tanda viatal, evaluasi
nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
R : indikator hidrasi atau volume sirkulasi, volume
sirkulasi dan dari kebutuhan intervensi. Penurunan LFG merangsang produksi
renin untuk meningkatkan tekanan darah dalam upaya untuk meningkatkan aliran
darah ginjal.
4. Timbang BB setiap hari.
R : peningkatan BB yang cepat berhubungan dengan
retensi.
5. Awasi Hb/Ht, elektrolit.
R : mengkaji hidrasi dan keefektifan atau kebutuhan
intervensi.
6. Berikan cairan IV
R : mnempertahankan volume sirkulasi dan meningkatkan
fungsi ginjal.
2.9.4
Kurangnya pengetahuan tentang
kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah
interpretasi informasi dan tidak mengenai sumber informasi ditandai dengan
pertanyaan, meminta informasi, pertanyaan salah persepsi.
Kriteria
Hasil :
1. Menyatakan pemahaman proses
penyakit.
2. Menghubungakan gejala dengan
faktor penyebab.
3. Melakuakan perubahan perilaku
yang perlu dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi :
1. Kaji ulang proses penyakit dan
harapan masa datang.
R : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi.
2. Tekankan pentingnya peningkatan
pemasukan cairan. Dorong pasien untuk melakukan mulut kering atau berkeringat
untuk meningkatkan pemasukan cairan bila haus atau tidak.
R : pembilasan sistem ginjal menurunkan kesempatan statis ginjal dan
pembentukan batu. Peningkatan kehilangan cairan atau dehidrasi perlu pemasukan
tambahan dalam kebutuhan sehari-hari.
3. Kaji ulang program diit.
R : diit tergantung type batu. Pemahaman alasan pembatasan
memberikan kesempatan pada pasien membuat pilihan informasi, meningkatkan
kerjasama dengan program dan dapat mencegah kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara Enggram, (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah,
Volume 1, EGC Jakarta.
Mariynn, E.Doengoes, Mary, Frances Moorhouse, Alice C, Geissler,
(2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC Jakarta.
Riyawan.com | Kumpulan Artikel Farmasi Keperawatan
Soeparman, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI,
Jakarta.
Ini untuk memberi tahu masyarakat umum pria atau wanita yang sehat dan sehat
BalasHapus100% serius tentang penjualan ginjal mereka harus menghubungi Dr rahmat
Rumah sakit sesegera mungkin.
Surel; drmercyhospital686@gmail.com Kami memiliki banyak pasien yang saat ini membutuhkan transplantasi ginjal., apakah Anda
Mencari peluang untuk menjual ginjal Anda demi uang karena masalah keuangan
rusak dan kami akan membeli ginjal Anda untuk jumlah 800.000 euro untuk ginjal.
Dan kami juga memiliki HIV / bantuan penyembuhan, jika Anda membutuhkan penyembuhan juga
kirim email kepada kami sekarang,
SUREL; drmercyhospital686@gmail.com
WhatsApp: +2348100367800
whatsapp +491639478840
Hormat kami,
Rumah sakit Dr.
Kidney donor needed urgently at Apollo Hospital, we offer huge amount for one kidney only contact me via WhatsApp number: +917642912293 Email: apollohospitalkidneydep@gmail.com
BalasHapusKidney donor needed urgently at Apollo Hospital, we offer huge amount for one kidney only contact me via WhatsApp number: +917642912293 Email: apollohospitalkidneydep@gmail.com
BalasHapus