Jumat, 17 Mei 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TETANUS NEONATORUM


A.       Pengkajian keperawatan
Pada pengkajian bayi dengan tetanus neonatorum dapat ditemukan adanya kesulitan menetek melalui mulut mencucu seperti ikan (harpermond) karena adanya trismus pada otot mulut, sehingga bayi tidak dapat minum dengan baik, adanya spasme otot dan kejang umum leher kaku dan terjadi opistotonus kondisi tersebut akan menyebabkan liur sering terkumpul didalam mulut dan dapat menyebabkan aspirasi, dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang – kadang terjadi kejang otot pernafasan dan sianosis, suhu meningkat sampai dengan 39 derajat celcius, dahi berkerut, alis mata terangkat sudut mulut tertarik ke bawah muka rhisus sardonikus, ekstremitas kaku, sangat sensitif terhadap rangsangan gelisah dan menangis, masa inkubasi 3 – 10 hari. (Hidayat, 2008)

B.        Diagnosis / masalah keperawatan
Diagnosis atau maslah keperawatan yang terjadi pada bayi dengan tetanus neonatorum antara lain :
1.    Gangguan fungsi pernafasan
2.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
3.    Kurang pengetahuan orang tua. (Hidayat, 2008)

C.        Intervensi Keperawatan
1.    Gangguan fungsi pernafasan
Pada masalah ini dapat disebabkan kuman yang menyerang otot – otot pernafasan sehingga otot pernafasan tidak berfungsi, adanya spasme pada otot faring juga dapat menyebabkan terkumpulnya liur di dalam rongga mulut atau tenggorokan sehingga mengganggu jalan nafas.
Intervensi :
a.    Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi
b.    Berikan oksigen 1 – 2 liter/ menit, apabila terjadi kejang tinggikan kebutuhan oksigen sampai 41 / menit setelah kejang hilang diturunkan.
c.    Lakukan penghisapan lendir dan pasang sudip lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang
d.    Lakukan observasi tanda vital setiap setengah jam
e.    Berikan lingkungan dalam keadaan hangat jangan memberikan lingkungan yang dingin karena dapat menyebabkan apnea.
f.     Melakukan kolaborasi dengan dokter dengan pemberian diazepam 2,5 mg intravena selam 2 – 3 menit kemudian dilanjutkan dengan dosis 8 – 10 mg/kgBB/ hari. Setelah keadaan klinis mebaik dapat dilakukan pemberian diazepam peroral, disamping pemberian diazepam juga dilakukan pemberian ATS dengan dosis 10.000 u / hari, ampisilin 100 mg/kgBB/hri. (Hidayat, 2008)
Perawatan saat kejang
Merupakan tindakan dengan memberikan terapi keperawatan untuk mencegah adanya lidah tergigit, anoksia, pasien jatuh, lidah tidak jatuh kebelakang menutupi jalan nafas dan mencegah kejang ulang, caranya adalah sebagai berikut :
a.    Baringkan pasien dengan terlentang dengan kepala dimiringkan dan ekstensi
b.    Pasang spatel lidah dengan dibungkus kain kassa
c.    Bebaskan jalan nafas dengan menghisap lendir
d.    Berikan oksigen
e.    Lakukan kompres
f.     Lakukan observasi terhadap tanda vital dan sifat kejang. (Hidayat, 2008)

2.    Gangguan pemenuhan kebuthuhan nutrisi dan cairan
Gangguan kebutuhan nutrisi dan cairan dapat terjadi karena bayi tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dengan cara menetek atau minum, untuk itu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan dapat dilukan dengan melakukan intervensi keperawatan diantaranya :
a.   Monitoring tanda – tanda dehidrasi dan kekurangan nutrisi seperti intake dan output, membran mukosa turgor kulit dan lain – lain
b. Beri cairan melalui infus dengan cairan Glukosa 10 % dan natrium bikarbonat apabila pasien sering kejang dan apnea,, apabila kejang sudah berkurang pemberian nutrisi dapat melalui pipa lambung. 

3.    Kurang pengetahuan orang tua
Pada masalah keperawatan ini dapat disebabkan karena kurangnya informasi pada kelurga pasien mengingat tindakan pada penyaki ini memerlukan tindakan dan pengobatan khusus sehingga perlu disampaikan kepada keluarga beberapa pengetahuan tentang penyakit dan upaya pengobatan dan perawatannya seperti pemberian suntikan, perawatan pada luka dengan menggunakan alkohol 70 % dan kassa steril dan lain – lain.






1 komentar: